Athazagoraphobia (Chapter 5)

Athazagoraphobia Chapter 5 !!
Sejujurnya udah ampe ending, tapi dibuat jadi 2 chapter~~ ulalaalala
thanks for my lovely readers! (siapa yang mau baca lip) *plak*
saya ngga pernah ngelanjutin cerpen ampe sebanyak ini, pasti putus di tengah jalan
nee, thanks for your support, all !! v^_^v 

=============================

“Hidari!!??” Willem berseru kaget “Kau.... Si cewek antisosial yang aneh di kelas kita itu, kan?”
“Hehehe... Kaget ya?” ia tertawa dan tersenyum ke arah kami semua “Kau benar, Willem”
“Berani-beraninya kau!!” kata Yuu geram “kau yang merencanakan ini semua?! Kau yang berniat membunuh kami, kan??”
“Memang awalnya aku berniat membunuh kalian menggunakan Ayumu” kata Hidari dingin “tapi sepertinya kalian lebih hebat daripada Ayumu, ya? Kalian saja hampir membunuhnya... Hebat, tidak ada yang hebat seperti kalian sebelumnya”
“’Sebelumnya’??” aku mengulangi kata-katanya “apa maksudmu? Apa sebelumnya kau juga merencanakan hal gila ini?”
“Yep, kau benar, Akira” katanya sambil duduk di salah satu anak tangga, menatapku dengan tatapan licik, dan aku tidak menyangka dia tahu namaku – maksudku – dia kan cewek antisosial! “aku sudah merencanakan semua hal gila ini sejak lama , dan sudah berulang kali aku melakukannya... Untuk teman-temanku di tempat les yang sering mengucilkanku – untuk kedua orang tuaku yang membenciku – untuk semua temanku yang sering membully-ku – untuk semua orang yang aku sayangi”
“Hidari? Kau melakukannya berulang kali??” Yuu menatap Hidari kaget “Hidari?”
“Kalian tidak tahu rasanya menjadi aku!! Kalian sama sekali tidak tahu apa-apa!!” teriak Hidari yang daritadi tenang mendadak mengamuk dan berdiri  menatap kami semua dengan tatapan marah “kalian semua buta!! Kalian semua yang ada disini bersalah!! dan pantas untuk mati!! MATI!! MATI” ia menekankan kata mati begitu dalam dan mengatakan kata tersebut seolah-olah itu adalah hal yang pantas kami dapatkan karena kami semua bersalah
“Bersalah? Siapa yang bersalah?” tanyaku heran “Hidari.. Bicaramu kacau!”
“Semua yang ada disini bersalah... Pertama, Yuu..” ia menatap Yuu tajam “Kau tahu? Saat ujian nasional dua minggu yang lalu .. Yuu mencontek dan meminta kunci jawaban ke guru, benar kan? Itu semua kau lakukan agar dapat masuk ke SMA yang kau mau...”
“A-a-apa?? T-tapi... Itu a-aku hanya mencontek beberapa nomor saja!” kilah Yuu “itu hanya kelicikan kecil! Banyak kok yang berbuat begitu!!” seru Yuu membela dirinya sendiri
“Hehehe... kelicikan kecil yang dapat berakibat fatal” kata Hidari sambil tersenyum kecil “aku sudah memberitahu guru-guru tentang kelicikanmu itu”
“Tapi yang mempunyai kunci jawaban bukan hanya aku! Dan lagipula aku mendapatkan kunci jawaban itu dari guru-guru .. Karena mereka bilang mereka ingin sekolah ini lulus 100%! Yang licik itu mereka!” kata Yuu membantah panjang lebar , dan kemudian raut wajah Yuu berubah menjadi tersenyum licik “hahahaha ... berarti... percuma saja kau memberitahu!”
“Kalau guru-guru tidak bisa menghukummu” ia menghela nafas “Terpaksa deh.. Aku yang menghukum kau”
“Apa-apaan kau!!” kata Willem yang emosinya sudah naik “Kau tidak seharusnya ikut campur!!”
“Ikut campur? Memangnya salah? Mencontek dan mengetahui kunci jawaban yang 100% benar itu sangat merugikan orang-orang yang sudah mengerjakan ujian dengan jujur dan murni .. Tidak adil, orang yang sudah susah payah belajar demi ujian nilainya lebih rendah daripada orang yang bekerja dengan cara kotor! Oleh karena itu... Kalian semua pantas mati!” kata Hidari enteng
“KAU INI!! Lagipula tidak semua yang ada disini mencontek! Aku mengerjakan Ujian Nasional dengan murni!!” Willem geram dan mengepalkan kedua tangannya “Jangan berani-berani ya! Kami bertiga laki-laki dan kau hanya seorang perempuan”
“Ya.. Aku memang perempuan...... Tapi ingat, aku ini pembunuh” katanya sambil tersenyum lebar
Willem bersiap-siap ingin memukul perempuan itu sampai akhirnya Yuu menahan kedua tangannya dan membentaknya “Willem!! Kau mau mati, apa? Dia perempuan pembunuh!!”
“Hihihi” ia tertawa kecil “Ya ampun, masa kalian takut sama cewek, sih?”
“Gue nggak takut!” seru Willem sambil membetulkan kacamatanya dan berusaha mengatur nafasnya dan juga mengatur emosinya
“Hm? Dasar bendahara OSIS yang nggak bener” kata Hidari sambil mengibaskan rambutnya “Willem... Ingatkah kau kesalahanmu, Willem sang bendahara OSIS?”
“Itu masalah gue! Ngapain lu ikut campur??” kata Willem yang masih ditahan oleh Yuu , mukanya memerah menahan amarah dan Yuu terlihat kewalahan memegangi kedua tangan Willem yang siap memukul Hidari kapan saja, sementara aku hanya menyaksikan dari belakang Yuu dan Willem
“Masalah lu tapi ngebuat semuanya dirugikan” kata Hidari tenang “Korupsi.. Adalah hal paling menjijikkan yang pernah gue tahu”
“Lo yang lebih menjijikkan!”  seru Willem dengan muka merah, antara menahan amarah atau menahan malu

Sejujurnya saja aku melongo begitu Hidari mengatakan hal itu, Willem, teman baikku, melakukan korupsi, itu hal yang sangat, sangat, sangat tidak bisa aku percaya.. Aku bingung, antara mempercayai Hidari atau mempercayai Willem, tapi begitu aku meihat wajah Willem yang memerah, sepertinya.. Hidari benar

“Apa kau bilang??” Hidari menghampiri Willem dan segera menendang cowok tersebut di bagian perutnya dan sepatu hak tingginya menusuk perut Willem, Willem mengerang dan memegangi perutnya yang kesakitan, kemudian kembali ke anak tangga yang tadi ia duduki dengan santai

“Udahlah! Hentikan! Hidari!!” kataku melihat Willem ditendang dengan begitu enteng oleh Hidari “Sudah! Sudahi pembalasan dendam yang gila ini!”
“Huh... Akira... Ingatkah kau saat kau kelas 7?” tanyanya padaku “Ingatkah kau?”
“Ingat apanya?” aku menatap langit-langit villa itu , berusaha mengingat apa kesalahanku kepada Hidari, sepertinya tidak ada.. Tapi..... “maaf.. Aku tidak ingat, Hidari..”
“Sudah kukira pasti kau tidak akan ingat, Akira..” katanya sambil menatapku sedikit marah “sehari sebelum liburan kenaikan kelas ..”
“Astaga!” aku berseru memotong pembicaraannya “Ya ampun, Hidari.. Aku minta maaf sekali , astaga!” mendadak aku mengingat apa kesalahanku kepada perempuan ini



----------------------

2 tahun yang lalu
Sehari sebelum libur kenaikan kelas

“Terimakasih, pak!” kataku pada Sensei Uzuma yang sedang membebaskanku dari hukuman membersihkan ruang guru gara-gara aku terlambat menyerahkan salah satu PR dari Sensei Uzuma , guru yang begitu perfeksionis dan begitu galak, ia juga mengharapkan semua muridnya dapat menjadi perfeksionis seperti dirinya, tapi aku rasa, tidak ada yang mau jadi dirinya
“Well, kau boleh pulang sekarang” kata wanita itu sambil menaruh PR milikku di tumpukan file miliknya “oh ya.. Satu lagi.. Tolong taruh sapu ini di gudang sekolah”
“Baiklah!” kataku sambil mengambil sapu yang berada di tangan Sensei Uzuma “terimakasih sudah membebaskanku, Sensei!” kataku sambil menunduk memberi hormat kepada Sensei Uzuma
“Ya..Ya.. Ya” katanya sambil mengibas-ngibaskan tangannya seakan mengusirku “sudah! Pulang dan nikmati liburan kenaikan kelasmu, Akira!”
“Baik!” aku menutup pintu ruang guru dengan hati-hati dan bergegas menuju ke gudang sekolah , aku tidak sabar pergi ke rumah .. Ujian kenaikan kelas sudah kulalui dengan berat dan sekarang aku sangat ingin bersantai-santai, bermain sepeda dengan adikku , bermain laptop... Dan melakukan hal hal menyenangkan sebelum aku naik ke kelas 8 dan di kelas 8 akan lebih sibuk daripada di kelas 7, tentunya

“Tidak! Tidak! Hentikan ini semua!!” aku mendengar jeritan seseorang dari arah gudang sekolah
Aku segera berlari dan membuka pintu gudang sekolah yang tertutup rapat – dan aku menemukan Rena, Akachi, Akemi  dan Eri sedang mengelilingi Hidari yang terduduk di lantai gudang , seragamnya basah dan rambut pirangnya berantakan. Di sekeliling Hidari ada botol minuman dan sampah-sampah plastik . Aku tahu, ini bullying
“Apa yang kalian lakukan?”
“None of your business” kata Rena sambil menatapku sinis “Sudah ! Ngapain kau disini! Sok jadi pahlawan ya?”
“Pahlawan apaan?” kataku “Gue cuma mau naro sapu doang!!”
Aku menatap Hidari yang sedang menatapku dan menangis , kemudian ia berbisik lemah “Tolong....”

Sial , bagaimana ini? Menolong Hidari atau berpihak kepada cewek-cewek ini? Sejujurnya, aku sangat iba dengan Hidari, tapi cewek-cewek ini terlihat bengis dan kejam.. Ya ampun..

“Awas kalau kau lapor” kata Eri sambil mencengram kedua tanganku dan aku dapat merasakan tangannya yang dingin dan kukunya yang tajam  menusuk kulitku “Gue nggak main-main kalau lu lapor.. Gue suruh kakak kelas cowok ngebully elo! Ngerti?”

Yaampun , cewek-cewek ini mengerikan sekali. Aku jadi ingat sinetron-sinetron yang menayangkan kekerasan, bullying dan penindasan semacam ini. Aku curiga, jangan-jangan cewek-cewek ini korban kebanyakan nonton sinetron?

“Kenapa lu ngelakuin ini semua?!” bentakku pada Eri
“Dia pantes kok..” kata Akachi sambil tersenyum
“Dia cantik – pintar dan aku tidak suka dengan dia” kata Akemi sambil mendorongku keluar dari gudang “Sudah sana!! Urusin masalah lo sendiri, Akira!!”
“Tapi.. Ini semua nggak manusiawi!!” kataku sambil menatap Hidari yang menangis
“Cih!”

Dan kemudian pintu gudang ditutup oleh Akachi dengan kasar

--------------------------------

“Jadi gara-gara itu lu mau ngebunuh gue?” tanyaku pada perempuan itu dengan suara bergetar “Cuma gara-gara itu??!”
“Kalo saat itu kamu nolong aku – kamu pasti bakalan selamat dan nggak akan masuk dalam permainan ini” katanya dengan lembut sambil menatapku “dan kau malah pergi saat itu...”
“Maaf” kataku pada Hidari “gue didorong sama Akemi..”
“Nggak ada kata maaf” kata Hidari, suaranya berubah menjadi dingin dan serak “Semua udah lewat – buat apa minta maaf? Kata-kata maaf nggak akan ngerubah apapun, cuma bisa ngerubah perasaan doang.. Tapi hal yang terjadi tetap sama, iya, kan?”

Aku terdiam, dia benar

“Sejak di bully saat itu.. Aku mulai memanfaatkan orang-orang untuk balas dendam” kata Hidari dengan suara bergetar

“Balas dendam??” kata Yuu “hanya gara-gara bullying?!”

Bullying adalah hal paling menyakitkan yang pernah aku rasakan.. Setelah aku kehilangan orang-orang yang paling aku sayangi” kata Hidari , wajahnya mendadak berubah menjadi sedih “Dan aku sadar.. Aku ternyata dikaruniai satu kelebihan yang jarang dimiliki orang lain”

“Kelebihan?” wajah Willem mendadak berubah penasaran “Kelebihan apaan maksudnya?”

“Aku – dapat menghipnotis orang hanya dengan menyentuh bahu orang itu” katanya sambil tersenyum , wajahnya mendadak berubah menjadi lembut “hanya dengan menyentuh bahu orang itu dan mensugestinya – aku bisa memanfaatkan dia, menyuruh dia melakukan apa saja, seperti boneka.. Menyenangkan, bukan?”
“Mana bisa begitu!!” kata Willem membantah “Lo bukan tukang sihir, kan? Dan lagian nggak ada yang bisa mudah terpengaruh kayak gitu!”

“Tergantung juga sih.. Aku harus mencari orang yang mudah dihipnotis” katanya, wajahnya berubah menjadi tenang “Dan orang itu adalah Ayumu – anggota geng Eri – dan mantan korban bullying – dan kemudian aku menyuruhnya membunuh orang-orang yang aku benci, aku menyuruhnya tidak merasakan sakit apa-apa saat mereka melawan, aku menyuruhnya tidak berhenti sebelum misi terselesaikan .. Tapi sepertinya aku harus mencari orang lain lagi.. Karena dia sudah sekarat” Hidari melirik tubuh Ayumu yang masih mengeluarkan darah dari lehernya “Dia tidak konsisten melakukan apa yang aku perintah”

“Kenapa kau membenci semua orang?” bentak Yuu “Kenapa??!”

“Karena ... Aku kehilangan orang yang paling aku sayangi saat aku berusia 5 tahun .. Yep, ayahku” ia menunduk “dia dibunuh oleh seseorang , dan saat itu aku mulai berfikir kalau tidak ada orang yang baik di dunia ini .. Dan aku akan melakukan balas dendam.. Ibuku tidak menyukaiku, karena ia pikir aku tidak-sepintar-kakakku..”

“Hard life” kata Willem menyindir . Hidari melirik Willem dan melanjutkan ceritanya

“Dan kemudian aku membunuh kakakku dengan pisau dapur saat aku berusia 10 tahun” katanya “Aku benci kakakku.. Aku benci semua orang!”

Saat ia berusia 10 tahun ?? Ya ampun , aku tidak menyangka kehidupan Hidari begitu berat!
Yang aku ketahui saat berusia 10 tahun adalah main, main, main, dan main

“Dan ibuku semakin membenciku” katanya sambil menghela nafas “Dan saat kelas 4 SD, aku sering di bullying.. Aku semakin membenci semua orang, karena orang-orang yang tidak terlibat dalam bullying seolah tidak melihat penyiksaan yang ada didepannya, dan saat itu aku sadar .. Aku harus benar benar balas dendam”

Kami semua terdiam

Hidari menatap kami lembut kemudian mengeluarkan sesuatu dari balik jubahnya ,yang ternyata adalah sebuah kapak

“Kapak? Hey!!” Yuu berseru kepada aku dan Willem yang terpaku melihat kapak itu “Lari! Dia memang bercerita dengan nada lembut tapi dia masih psikopat!”

Hidari menuruni anak tangga dengan cepat dan bersiap mengayunkan kapaknya ke arah kami “Aku tidak suka sendirian! Aku tidak mau sendirian! Aku benci sendirian.. Aku benci bullying, aku benci semua orang! Tidak ada yang pantas hidup disini...”

“LARI CEPAT LARI!!”
Aku, Willem dan Yuu memutuskan untuk berpencar
Dengan secepat kilat dan sekuat tenaga aku berlari ke lantai atas dan mencari tempat persembunyian yang sangat-tidak-strategis : kamar mandi di dekat dapur

Kamar mandi itu memiliki sebuah shower, toilet dan westafel .. Sama seperti kamar mandi di rumahku, tapi kamar mandi ini lebih sempit – dan menyeramkan tentunya, banyak lumut di sekitar westafel dan toiletnya, lantainya adalah ubin berwarna hijau dan di sudut kamar mandi penuh dengan lumut.. Sepertinya bibi Yuu kurang memperhatikan kamar mandi ini

Aku duduk di belakang pintu kamar mandi dan memegangi kedua lututku yang gemetar
Aku memikirkan Hidari – aku tidak menyangka ada orang yang setega itu melukai orang hanya karena ingin mendapatkan kepuasan batin yang sangat tidak manusiawi

Hidari... Ternyata orang seperti dia adalah orang kesepian yang tega melakukan apa saja hanya demi membalaskan dendamnya kepada orang-orang yang ia benci

Kebencian, aku tidak menyangka kebencian sangat mengerikan
Hanya karena kebencian, orang-orang yang tidak bersalah diikutsertakan, hanya karena kebencian seseorang dapat-dengan-tega membunuh orang yang paling dia sayangi , hanya karena kebencian seseorang dapat berubah menjadi pembunuh kejam

Kalau saja... Aku lebih memperhatikan perempuan itu, seharusnya, aku menjadikannya teman, seharusnya saat itu aku menolongnya.. Dan mungkin perasaan benci itu akan hilang
Aku menghentikan lamunanku saat aku mendengar suara langkah kaki dari kejauhan, aku tidak tahu pasti siapa yang datang – apakah Yuu, atau Willem, atau Ayumu yang bangkit kembali, ataupun... Hidari, ah ! Jangan sampai dia menemukanku disini

“Sepertinya tadi pintu ini tidak terkunci” sebuah suara mengagetkanku saat aku sadari itu adalah suara dari perempuan jahat bernama Hidari “Sepertinya... Aku harus membukanya, ya, kan? Akira??”
Lututku – dan seluruh tubuh lemas saat ia memanggil namaku, aku segera menyingkir dari pintu itu, berharap perempuan itu tidak dapat membuka pintu itu
Dan sedetik kemudian aku mendengar pukulan bertubi-tubi dari balik pintu, pukulan keras yang menimbulkan goresan-goresan yang hampir menembus pintu itu, aku segera menahan pintu tersebut dengan kedua tanganku
“Akira.. Keluarlah, aku tidak akan menyakitimu, aku berjanji” katanya lembut “Aku janji, mana pernah aku bohong padamu”

Aku sama sekali tidak percaya dengannya

“Aku tidak akan percaya, Hidari..” kataku geram
“Aku tidak bohong!” serunya sambil menendang pintu itu sampai pintu itu hampir terbuka
Aku dapat melihat wajah hidari yang penuh darah dan mata hijaunya yang menatapku menyeramkan dari celah pintu yang terbuka
“BUKA PINTUNYA AKIRA!!” jeritnya sambil mengayunkan kapaknya ke pintu plastik tersebut . Aku menatapnya ngeri saat akhirnya engsel pintu tersebut lepas dan hampir menimpaku

Oh sial, sepertinya hidupku akan berakhir disini


========================


To be continued at chapter 6

This entry was posted on 13 Juni 2011. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

7 Responses to “Athazagoraphobia (Chapter 5)”

  1. kenapa bang? -__- jelek ya hahahaha maafkan saya ~~

    BalasHapus
  2. kereeen...!! kurang panjang liip :3 uwaaah penasaraan.. ~.~ penasaraaan...~.~ ayo saya tunggu lanjutannya

    owh iya lip komen mu sudah saya balas

    BalasHapus
  3. kurang panjang? hee? -_- saya kira kepanjangan, tadinya lebih panjang dari ini cuma saya apus apusin -_-v hahahaha :D

    oke peh!

    BalasHapus
  4. o-chan..aku msh nunggu kelanjtan cerita ini.. ._. Apa udah tamat? O.o

    BalasHapus
  5. Chapter 6 nya mana ini?? G dilanjut ya?sayang bgt aq penasaran ama endingnya,,td pagi abis saur aq bacanya seru bgt ampe' mrinding bener deh suer,,lanjutin donk pliiss

    BalasHapus
  6. UWAAAAA. Terharu banget pada nungguin cerita ini :') saya sedikit sibuk dengan perkuliahan.... Dan berbagai macam halnya ehehehe, insya Allah bakalan dilanjutin lagi tunggu aja ya :')

    BalasHapus