Athazagoraphobia (Chapter 4)

Author : Whatsername -_-
Genre : sama kayak chapter-chapter sebelumnya 
Quotes from Author:

Aaaa satu lagi chapternya jadiii ^_^a jangan salahkan saya jika cerpen ini jelek , ga mutu, ga seru dan alurnya kecepetan , saya memang masih pemula jadi aaaaa-- begitulah -_-

by the way , baru pertama kali saya ngebuat cerpen bersambung sampe sejauh ini 
biasanya cuma ampe chapter 2 , udah gitu nggak pernah dilanjutin lagi --- dan kemudian cerpen itupun membusuk di folder saya *buset*
dan kali ini saya ngebuat cerpen ini sampe chapter 4 !! 4 chapter looh XDD yeaaah (dan itu juga belom tamat loh, chapter 5 menanti -__- fuah)


Thank you for reading!!

=======================================================================


Ayumu sudah gila, benar-benar gila


Padahal saat di kelas, Ayumu adalah sosok perempuan yang centil , ramah dan baik hati (walaupun ia baik hati hanya di saat-saat tertentu) . Ia bahkan tidak tega saat cowok-cowok badung di kelas menyiksa kucing hitam yang lewat di depan kelas dan langsung memarahi mereka habis-habisan . Dan saat kami sekelas menonton film di bioskop yang bertemakan tentang pembunuhan , Ayumu langsung berteriak-teriak dan menangis karena tidak tega melihat adegan pembunuhan di dalam film tersebut dan membuat geger satu studio bioskop tersebut (dasar caper -__-)


Aku tidak menyangka , itu semua hanya kedok



Mataku terbelalak ngeri saat Ayumu menghampiri kedua teman kami yang sedang benar-benar sekarat : Akemi dan Akachi yang sedang berbaring di lantai akibat tusukan samurai Ayumu tadi

Saat itu pula – dengan sangat tidak manusiawi – Ayumu mengayunkan kapak merahnya ke punggung Akachi disusul dengan jeritan keputus-asaan Akachi dan teriakan minta tolongnya yang begitu menyakitkan , begitu menyedihkan dan penuh dengan kesengsaraan . Aku dapat dengan jelas merasakan bagaimana sakitnya dipukuli dengan kapak tajam, apalagi oleh orang psikopat yang tidak mempunyai hati seperti Ayumu


Aku sama sekali tidak bisa bergerak saat melihat Akachi disiksa oleh Ayumu . Tubuhku membeku . Aku merapatkan punggungku ke tembok yang berada di belakangku dan berusaha mengatur nafasku yang tidak karuan


Tidak , aku tidak boleh kalah dengan perempuan ini
Perempuan ini hanya sendiri sementara aku punya Willem , Yuu , Ryuu dan Aoi


“Dengan begini kau tidak bisa kabur, pengkhianat!!” katanya sambil – sekali lagi – mengayunkan kapak merah tersebut ke punggung Akachi yang sudah mengeluarkan banyak darah “Ingatkah kau apa yang kau lakukan kepadaku beberapa hari yang lalu??!”
“A-a-h.. Hal itu” Akachi memegangi perutnya “M-m-maafkan aku” ia mulai mengeluarkan air mata
“HENTIKAN AYUMU!!” teriak Willem kepada Ayumu yang masih melakukan adegan sadis itu kepada Akachi “Akachi tidak bersalah! Apa-apaan kau! Dia itu perempuan baik-baik—“
“Baik? Baik darimana?” Ayumu memotong pembicaraan Willem dan mengambil kapaknya yang sudah berlumuran darah dan menatap kami semua keji “Dia memang terlihat sangat polos . Tapi ternyata dia adalah salah satu pem-bully di sekolah ini , dan salah satu korbannya adalah.. AKU!!” ia berteriak dengan suara serak


Aku terdiam


“Kau tidak tahu betapa sakitnya ditindas!” kata Ayumu setengah membentak “Kau tidak akan pernah tahu!! Karena kalian semua buta! Kalian seakan tidak melihat apa yang tersiksa di hadapan kalian semua!! Dipermalukan , dihina, dicaci-maki..” ia terdiam dan meneteskan air mata “KARENA INI SEMUALAH... AKU INGIN BALAS DENDAM!!”


Ia menendang Akachi yang tersungkur di depannya sehingga Akachi terpelanting sampai berada di depanku dan kemudian Ayumu menatap kami semua, kemudian pandangannya beralih menuju Akemi


“Akemi... Kau adalah manusia terkotor yang pernah aku temui” kata Ayumu dengan nada sedikit mengancam “Manusia keji, kotor dan kejam yang memakai topeng malaikat tidak berdosa”
“Apa maksudmu?” tanya Akemi cepat “Kau tidak tahu apa-apa tentangku!!”
“Diam saja kau!!” kata Ayumu sambil mengayunkan kapaknya ke leher Akemi dan itu membuat Rena refleks menjerit dan Willem membelalakkan matanya dan berteriak "SUDAH AYUMU HENTIKAN!!"
“Iya benar!! Hentikan!” kata Aoi “Sudah! Kau jangan menyiksa orang lagi!!” Aoi segera berlari menghampiri Akemi dan berusaha menghentikan luka dari leher Akemi dengan perban yang dibawanya, tapi sepertinya percuma....


“Aoi.. Buat apa kau menolong orang itu?? Tahukah kau Akemi terlibat dalam kasus narkoba bersama orang ini??” kata Ayumu sambil menjambak rambut-panjang-hitam Rena dengan kasar “Apakah kalian semua tahu kalau kasus itu ditutup-tutupi oleh pihak sekolah dan orang tua Rena menyogok beberapa koran, majalah dan media elektronik lain agar kasus tersebut tidak tersebar luas??”
“Bicara apa kau??” kata Rena sambil memegangi rambutnya yang dijambak Ayumu , mukanya terlihat merah dan ia menggertakan giginya tanda ia benar-benar marah “Jangan asal bicara kau!! Yang terlibat itu hanya dia dan aku sama sekali tidak terlibat!!”
“Lagi-lagi kau berbohong” Ayumu mendekatkan wajahnya kepada wajah Rena dan kemudian tersenyum keji dan mengeluarkan senjata lain dari balik kantong celana jeans gombrangnya dengan tangan kirinya yang ternyata – sebuah pisau dapur “Ternyata... Manusia memang memuakkan”
“Kau lebih memuakkan!!” teriak Rena


Ayumu meletakkan kapaknya di lantai dan mengacungkan pisau tersebut di depan muka Rena


“Rena..” Ayumu berbisik pada Rena “Kau pernah bilang – kalau kau kau sangat membangga-banggakan kulitmu yang mulus dan putih indah itu, ya? Sampai-sampai banyak cowok yang menyukaimu hanya karena hal itu”
Rena menatap Ayumu marah dan takut “Hii... Lepaskan rambutku sekarang juga!!” perintah Rena
“Tidak akan” kata Ayumu sambil menyayat kedua lengan Rena dengan pisaunya tersebut , membuat Rena menjerit kesakitan
“Perempuan gila!!” kata Rena sambil memegangi lengannya kesakitan
“Memang aku ini gila” katanya dengan tenang “Tapi ini begitu menyenangkan”
Ia menyayat pipi Rena sehingga Rena kesakitan dan terduduk di lantai
“Apa yang bisa kau banggakan ? Harta ? Kecantikan? Semuanya semu” kata Ayumu sambil menatap wajah Rena yang bercucuran darah “Kau sudah kalah , Rena .. Oh ya, satu lagi.. Kau membanggakan matamu yang coklat indah itu, kan? Mata coklat jernih yang sangat menawan , karena itu turunan dari Ibumu, ya? Hmm... Mata yang seperti itu jarang ditemui di sekolah ini – akan ku buat kau tidak dapat membanggakan apa-apa lagi”
“HENTIKAN!!!” jerit Rena ketakutan sambil menutup kedua matanya dengan tangannya “Aku.. Aku .. Aku minta maaf ! Sudah! Sudah! Aku .... Mengaku ! Aku berkomplot dengan Akemi – dan aku minta maaf .. A-a-“
Ayumu tidak memperdulikan jeritan ketakutan Rena dan menusukkan pisaunya ke telapak tangan Rena yang menutupi matanya dengan keji . Aku tidak tahu apakah pisau itu menembus mata kanan Rena atau tidak . Rena menjerit dan kemudian menangis . Aku dapat melihat darah mengalir dari matanya , ia meraung raung berteriak dan menangis sekeras mungkin


Aku tidak tahan menyaksikan semua adegan ini . Aku segera berlari ke pintu kamar ini dan membukanya dengan paksa kemudian berlari sekecang-kencangnya menjauhi kamar tersebut . Dan Willem menyusulku dari belakang “Jangan tinggalin gue, dodol!”
“Willem!! Bawah tangga!!” bisikku sambil menunjuk lantai bawah . Ia mengangguk
Kami melompati dua anak tangga sekaligus dan bersembunyi di bawah tangga , karena menurutku disitu paling aman . Di bawah tangga terdapat sebuah lemari tersembunyi dan seandainya Ayumu menemukan kami , kami dapat bersembunyi disana . Dan di lemari itu juga banyak perlengkapan dapur yang sudah tidak terpakai seperti pisau , garpu dan sejenisnya . Dan aku dapat menggunakan salah satu dari mereka untuk menyerang Ayumu




-------------------

Kami berdua bersembunyi disini . Sesaat kami merasakan ketenangan sampai akhirnya beberapa detik kemudian aku mendengar suara teriakan marah Ayumu

“AKIRA!! WILLEM!! DIMANA KALIAN??”

PRANG !!

Aku mendengar suara hantaman barang , mungkin Ayumu sedang mengamuk sambil menghancurkan apa saja dengan kapak miliknya

“Keluarlah, aku tidak akan menyakiti kalian!” katanya dengan tenang “Tapi kalau kalian tidak keluar, aku tidak akan main-main”

Cewek ini serius

“Jadi? Mau gimana?” bisik Willem sampai suaranya hampir tidak didengar . Aku mengangkat bahu . Tapi bagaimanapun.. Cewek ini cewek gila yang tidak bisa dipercayai setiap kata-katanya
Dengan hati-hati aku membuka lemari rahasia itu dan mengeluarkan sebuah pisau dapur dan 5 buah garpu untuk Willem . Oke, mungkin aku kejam , tapi sebuah garpu juga akan sangat menyakitkan -- jika kau tusuk mata Ayumu dengan garpu itu . Di lemari ini ternyata persediaan benda tajamnya sangat minim, tidak seperti dugaanku sebelumnya

Willem terlihat tidak senang saat aku menyerahkan garpu-garpu itu kepadanya “Masa gue gini doang sih?”
“Udah, lu bisa nyakitin Ayumu kok pake itu”
“Gimana cara??” ia menatapku bingung
“Elah udahlah! Disana pisaunya cuma satu!” kataku

“Ternyata kalian di bawah tangga, ya?” aku mendengar suara Ayumu menggema di seluruh villa ini dan suara langkah kaki yang menuruni tangga, sialan.. Gara-gara Willem ngajakin debat, Ayumu jadi dapat menemukan kami “Sayang sekali.. Kalian tadi tidak melihat kematian teman-teman tersayangmu ; Ryuu dan Aoi”
“Apa-apaan kau!!” Willem berlari keluar dari tempat persembunyian kami , meninggalkanku dan dengan cepat menodong Ayumu dengan 5 buah garpu yang kuberikan , sialan.. Cowok ini memang sangat mudah disulut emosinya
“Hehehe.. Garpu? Mau apa kau dengan gar—“ suara Ayumu terhenti dan berganti dengan jeritan histeris Ayumu yang memekakkan telinga
“Hey Wil! Kau ngapain Ayumu , sih??” aku berlari menyusulnya dan menemukan Willem sedang memegang garpu yang penuh darah di depan Ayumu yang sama-sama terdiam – bengong “Willem?”

Ayumu memegangi salah satu matanya dan terhuyung-huyung berjalan ke arah kami berdua

“Hahahaha lo pikir pake garpu gituan bisa bikin mata gue buta??” ia tertawa sambil membuka telapak tangan yang menutupi salah satu matanya itu – dan aku menatap Ayumu dengan ngeri – matanya yang sudah dicolok Willem tadi menjadi merah dan penuh darah , tapi ia masih dapat menggerakan bola matanya dengan cepat . Astaga, terbuat dari apakah cewek ini??

Ia menggeram marah kemudian mengambil kapaknya yang tadi ia jatuhkan karena memegangi matanya lalu menodongkan kapak itu ke arah kami berdua

“Oh ya, by the way , tadi kalian nggak tahu gimana asiknya ngeliat Aoi mati, ya? Tragis loh” katanya dengan nada tenang, seperti menceritakan sesuatu yang sangat menyenangkan “Kalian semua nggak tau .. Aoi merayu-rayu kakak kelas dan menggunakan cara yang kotor supaya dia jadi ketua OSIS , niat busuknya itu nggak pernah ketahuan sama orang-orang di sekolahan – dan sampai akhirnya gue tahu semuanya” kata Ayumu sambil tersenyum
“Jadi lo apain Aoi??” tanya Willem dengan tidak sabar
“Dia udah ada di bawah.. Dia gue lempar dari jendela” kata Ayumu sambil tertawa maniak “Dia pantes kok gue gituin”
“Hah!! Sialan banget sih!! Dia tuh temen baik gue! Lu ngapain ikut campur urusan OSIS OSIS gitu, hah? Ini semua bukan masalah lu ! Dan lu bales dendam gara-gara hal yang bahkan lu aja nggak terlibat di dalemnya!!” kata Willem dengan nada gusar
“Emangnya gue nggak tau? Lu juga terlibat, kan?” kata Ayumu menatap Willem . Willem menatap Ayumu dengan gemetar, wajahnya mendadak pucat
“Will??” aku mengguncang bahunya “Wil? Ayo bela diri lu ! Gue yakin lu pasti nggak kayak gitu”


Willem memang menjadi bendahara OSIS , tapi aku tahu , Willem tidak akan menggunakan cara sekotor itu apalagi untuk kepentingannya sendiri , dan lagipula jabatannya sudah digantikan oleh adik kelas dan dia tidak begitu peduli lagi dengan OSIS


“Kagaklah! Lu ngomong apa sih, Ayumu??” tanya Willem “Gak usah asal bunyi deh!!”
“Oh ya... Tadi lu bilang .. Gue nggak terlibat apa-apa di semua kasus ini, ya? Memang ... Gue nggak terlibat sama sekali dan gue terkesan sok ikut campur” kata Ayumu  “Tapi sayangnya gue nggak bisa ngebiarin para pembohong dan pengkhianat berkeliaran di dunia ini”
“dan gue nggak bisa ngebiarin pembunuh berkeliaran disini” kataku sambil mendorong cewek tersebut dan mengeluarkan pisau dari balik jaketku
“Kau berani ? Memangnya kau tega menyakitiku, hah?” kata Ayumu menantang
“Gue pasti berani!!” kataku “Gue nggak takut karena gue nggak salah”
“Oh ya? Ayo kita bermain” kata Ayumu sambil mengambil kapaknya yang tergeletak di sampingnya “Sejujurnya, gue lebih suka samurai.. Tapi karena samurainya ketinggalan di atas .. Gue akhirnya pake kapak deh.. Kapak itu berat, susah dibawa kemana-mana”
“Nggak ada yang nyuruh lu curhat!!” kataku sambil mengarahkan pisauku ke lehernya
“Dan nggak ada yang nyuruh lu nyakitin gue!!” kata Ayumu sambil mengayunkan kapaknya . Aku menahan gagang kapak tersebut dengan tangan kiriku yang tidak memegang pisau
Ayumu dengan cepat menendang kakiku dan membuat kakiku mati rasa . Astaga, bagaimana ini? Tapi setidaknya aku masih memegang hartaku satu-satunya – pisau dapur itu
Aku mengarahkan pisau dapur itu ke depan wajah Ayumu dan menatapnya dengan tatapan tajam
“Ayumu, gue kecewa sama lu” kataku padanya “Gue pikir lu anak baik, penyayang sama binatang... TERNYATA ITU SEMUA PALSU”

oke, sekarang giliran aku yang curhat

“Gue bukan gue yang cengeng kayak dulu” katanya “Dan dendam ini masih ada sampe kapan ? Kita tidak tahu"
“Udahlah.. Hentikan semua ini” kataku lemah “Kasihan orang tua lu! Ibu lu! Ayah lu yang udah nyayangin dan ngebesarin lu sepenuh hati dan penuh rasa sayang !! Dan ternyata mereka hanya membesarkan seorang pembunuh”
“HENTIKAN!!” teriaknya sambil melempar kapaknya ke lantai “Tidak!! Aku tidak mau mendengar kata-kata itu lagi!!”
“Ibu dan ayah?” aku mengulangi kata-kataku lagi
“AAAH!!” ia menatapku penuh kebencian “hentikan .. Hentikan”
Willem mendadak menerjang ke arah Ayumu dan mengayunkan kapak milik Ayumu ke arah Ayumu – ke kaki Ayumu, lebih tepatnya – sehingga Ayumu berteriak histeris sambil memegangi kedua kakinya yang berdarah-darah dan sepertinya hampir lumpuh

“Willem??” aku menatap sahabatku itu “Wew... Ternyata... Lu psikopat juga, ya?”
“Abisnya .. Kalo nggak digituin , dia nggak bakal berhenti!!”

Detik berikutnya Ayumu tumbang dan menimpaku , tanpa kusadari , ia menimpa tangan kananku yang memegang pisau dan tanpa sengaja pisau yang berada di tanganku tadi mengenai lehernya dan dari lehernya mengucur banyak darah
“Aah!!” Ayumu menjerit . Aku cepat-cepat menyingkirkan pisau itu dari lehernya yang sudah bersimbah darah dan menidurkan Ayumu yang pingsan di lantai – bagaimanapun, dia temanku , dan aku tidak akan setega itu melukai temanku , sejahat apapun perbuatannya
“Lu hampir ngegorok Ayumu !! Lu lebih psikopat!” kata Willem menatap Ayumu
"Gue kan nggak sengaja!" kataku membela diri, mana mau aku dituduh menjadi penyebab utama kematian teman sekelasku?

“Hey!!” aku mendengar suara yang sangat familiar dari lantai atas – yaampun, Yuu!!
“Yuu!” aku berteriak kesenangan sambil menatap ketua kelas kami tersebut yang berada di atas tangga dan terlihat menggendong seseorang di punggungnya “Kau tak apa?”
“Sakit .. Sedikit” katanya sambil memegangi lengannya yang berdarah "Tapi luka gue nggak separah luka kalian berdua, kok.. Tenang aja"
“Eh? Gapapa tuh?” kata Willem “Oh ya ... Cewek cewek gimana?”
“Yang masih selamat Akachi itu juga punggungnya udah berdarah banget” katanya sambil menunjuk orang yang dia gendong – yang ternyata – Akachi “Sementara Akemi dan Ryuu... Nggak bisa lagi ditolong..... Tapi Rena masih ada denyut nadinya kok – tapi dia menolak dibawa ke bawah ,dia bener-bener terpuruk . Dan Aoi....” wajahnya mendadak berubah sedih
“Aku tahu” kataku “Aku turut bersedih karena Aoi”
“Sekarang gimana?” tanyaku pada kedua temanku itu sambil melirik Ayumu yang tergeletak di lantai
“Udah! Gak usah bawa dia! Biarin aja dia mati kehabisan darah disini” kata Willem
“Tapi gimanapun dia juga temen kita!” kata Yuu menuruni tangga dan membelaku
“Tapi dia udah ngekhianatin kita!” kata Willem “Dan gua nggak mau dia dibawa, udah .. Biarin dia”
“Nggak ah” aku menggendong Ayumu di belakang punggungku “Gimanapun.. Kita nggak bisa biarin dia”
“Terserah” kata Willem dengan nada sinis sambil mengambil kapak milik Ayumu “Kita keluar dari sini !!”


“Secepat itu ya? Hebat, hebat, baru kali ini aku melihat pertunjukkan semenarik ini” aku mendengar suara perempuan dari lantai atas saat kami semua hendak menuju pintu keluar yang terkunci , kami semua mendongak dan mendapati seseorang dengan topi berwarna hitam dan bajunya tertutup jubah hitam yang sama persis dengan Ayumu menatap kami semua sambil tersenyum
“Siapa lagi kau??” kata Willem dengan nada marah “Kau... Master Ayumu??”
“Yep... Benar” katanya sambil membuka topinya dan melemparkannya ke arah kami “Kalian semua hebat, aku salut”
“Eeh? Kau??” Yuu menatap cewek tersebut “Kau...”
“Yep.. Aku” katanya sambil mengurai rambutnya yang pirang dan bergelombang dan menatap kami semua dari balik topengnya sambil tersenyum

Ya, aku kenal rambut pirang bergelombang ini . Aku kenal sorot mata tajam ini . Aku kenal mata berwarna hijau ini ! Aku kenal ! Sosok yang sangat familiar, tidak .. Tidak salah lagi, ini pasti....

“Hidari??”
“Wah , ternyata aku dapat dikenali ya? Padahal aku sudah pakai topeng yang sama seperti Ayumu” katanya sambil membuka topengnya dan menampakkan wajahnya dengan jelas dan tersenyum jahat “Kau benar , Akira... Ini aku, Hidari Reikimine”

========================================================================

GOMEN NEEEEE~ KALO JELEEEK TT_TT *dibakar readers* 
Gomen yaaa ^__^a 
Ini ngebuatnya rada buru-buru terus editnya juga buru-buru jadinya gitu deh eeh orz maafkan sayaaa~ 
saya emang ga bakat nulis cerpen ya ? -__-


TO BE CONTINUED AT CHAPTER 5

This entry was posted on 03 Juni 2011. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

2 Responses to “Athazagoraphobia (Chapter 4)”

  1. seruuu seruuu seruuu :3

    ayoo liip lanjutkan saya tunggu ch 5 nya okay? :D

    BalasHapus
  2. okay senpaaaaaaaaai~

    thanks for reading , Eru-chan!! :3

    BalasHapus