Author : WATASHI! ME ! OLIVIA PUTRI!! YEAH YEAH *plaaaaak*
Genre : tetep horror dan psikopat kayak chapter pertama -__-
Warning : Gak jelas , cerpennya kependekan , garing , beda abis sama chapter 1 nya
Quotes from Author :
The Author is stuck on imagination m(__ __)m
Sorry readers, saya ngebuat cerpennya yang chapter 2 nya gajelas parah .__.
Ma-ma-maaff DX . Maaf maaf maaaaaf banget *sujud sujud*
Well, no comment TT_TT *ditendang*
Happy reading v(__ __)v *digampar readers*
==============================
Kami semua mengelilingi mayat Eri yang dibaringkan oleh Yuu di lantai , lehernya terus mengucurkan darah segar yang menetes-netes di lantai ruangan tersebut dan tubuh Eri sangat pucat , aku memegang tangan Eri dan merasakan kedinginan yang luar biasa – bukan rasa dingin dari kulit saat hawa di sekitar kita dingin – tetapi rasa dingin seperti menyentuh patung porselen , kosong , tidak bernyawa . Kami semua menatapnya ngeri – sekaligus kasihan , aku tidak pernah menyangka hidupnya akan berakhir dengan sangat tragis , maksudku .. Dia masih punya masa depan – dan jika arwahnya tahu ia sudah mati sekarang , pasti arwahnya sangat terpuruk – dan sangat marah
Eri dibunuh , lehernya hampir dipotong dan kemudian di gantung di langit-langit ruangan dengan kejam oleh sang pelaku . Apa salah Eri ?
Makhluk apa yang tega menyakiti seseorang dengan cara keji tersebut ?
Oke , aku memang sudah mendengar banyak kisah pembunuhan di dalam negeri – maupun di luar negeri yang lebih kejam daripada kisah Eri ini , dimutilasi kemudian bagian bagian tubuhnya disebar .. Ah.. Mengingatnya membuatku jadi takut sekarang
Yuu menatap ruangan di sekelilingnya , matanya mencari sesuatu , aku tahu , dia pasti mencari telfon – atau alat komunikasi lain yang ada di ruangan ini atau di villa ini
“Yuu.. Mau telfon siapa ? Polisi?”
“Iya!” serunya setengah membentakku , aku tahu perasaannya pasti sangat kacau , apalagi jika kau kehilangan seseorang yang sangat berarti di hidupmu “Telfon ada dimana?”
“Dibawah! Di dekat dapur” kataku (yang sudah menjelajahi villa ini sebelumnya) pada Yuu . kemudian tanpa basa basi Yuu langsung berlari ke lantai bawah dan aku masih bisa mendengar suara langkah kakinya sebelum akhirnya langkahnya hilang karena ia sudah sampai di lantai bawah
Aku kembali menatap teman-temanku yang masih terpaku menatap mayat Eri . Aoi , si cowok nerd yang menjadi ketua OSIS di sekolahku memutuskan untuk duduk diam di pojok ruangan , sepertinya dia juga shock , karena dia adalah salah satu dari Eri Haters . Kuakui , Eri memang punya sekali banyak musuh , dari kakak kelas angkatan tahun lalu sampai adik kelas , Eri memang pencari sensasi dan masalah , tapi itu masih dapat ditoleransi , lagipula dia hanya sesekali menunjukkan sifatnya yang jelek itu, yep.. Sesekali ,tapi sangat menyebalkan . Tapi masa sih hal itu bisa membuat orang sampai tega melakukan hal itu ?
Mungkin saja Eri bunuh diri karena idenya menginap di villa ini ditentang oleh kami , dan menunjukkan kepada kami seolah-olah ia dibunuh , tapi apakah bisa??
Aku menatap bekas gorokan sang pembunuh dan menatap bekas lilitan tambang di leher Eri .. Tidak mungkin , Eri tidak mungkin bunuh diri , bekas gorokan dan bekas lilitan itu berada dalam satu garis , jadi tidak mungkin Eri menggantung dirinya dan kemudian memotong lehernya . Dan mustahil jika Eri memotong dirinya baru menggantung dirinya sendiri
Pasti sang pembunuh memotong setengah lehernya kemudian menggantungnya agar lehernya putus perlahan-lahan . Sungguh keji
Aku menatap teman-temanku satu persatu : Willem , Aoi , Ayumu, Akachi, Rena , Akemi , Ryuu dan Yuu yang sudah kembali ke ruangan ini
Tidak mungkin ada orang lain yang menyusup ke villa kami , karena pintu di villa ini hanya ada 2 (aku sudah menjelajahi villa ini sebelum menonton bola) , dan pintu yang satunya lagi – yang berada di dekat dapur terkunci rapat , dan pintu depan berada di dekat ruang tamu tempat aku dan teman temanku menonton bola dan kami tidak melihat orang asing masuk
Mungkinkah ada satu dari mereka yang menjadi pelakunya? Atau ada seseorang yang sebelumnya berada di villa ini dan menunggu waktu yang tepat untuk membunuh kami semua?
“Hey Akira!” kata Willem menepuk bahuku , membuyarkan semua lamunanku , aku menatapnya “Ada apa , Wil?”
“Mau pulang? Ini tugas polisi” kata Willem , matanya sudah menunjukkan kalau dia sudah lelah . Aku melirik jam “Baru jam 7 malem , lagian .. Masih banyak misteri di villa ini”
“Polisinya dateng 30 menit lagi” kata Yuu “Kata polisinya , kita jangan pulang dulu , karena kita akan diinterogasi dulu”
Ah .. Ini akan menjadi hari yang melelahkan
“Oiya.. Handphone gue?” kata Ayumu , suara cemprengnya membuat kami semua terdiam
“Hey, handphone kita ada di Eri, kan?” kata Aoi “Mana nih kopernya?”
“Sial!” kata Ayumu sambil berdiri “Cari kopernya sekarang! Gue mau dijemput ! Sekarang juga, Yuu!!”
Ayumu memang seperti nenek lampir yang siap menendang semua orang kapan saja ... Mungkin bukan seperti nenek lampir , tetapi seperti ibu tiri . Oke, sama saja ..
Ia memakai softlens merah dengan rambut pendek sebahu dengan poni yang selalu hampir menutupi kedua matanya dan rambutnya dicat berwarna coklat . Walaupun sudah diperingatkan berkali kali oleh guru agar tidak memakai softlens dengan warna yang mencolok itu , ia tetap bersikeras . Padahal, matanya normal dan dia tidak mempunyai minus atau cacat mata lainnya . Kalau aku jadi dia , aku tidak akan rela mataku menjadi merah-merah dan kering hanya karena gaya-gayaan begitu, menurutku yang pantas pakai softlens itu Willem , karena min-nya sudah parah
Yuu berdiri dan kemudian mencari dimana koper tersebut , ia membuka salah satu lemari dan langsung menemukan koper tersebut – utuh , aku bersyukur sang pelaku tidak mengambil handphone kami semua
“Ini dia” katanya sambil menurunkan koper kecil tersebut dan meletakkannya di dekat Ayumu
Ayumu membuka koper tersebut dengan kasar dan kemudian menemukan handphone Black Berrynya dan keluar dari ruangan itu , ia sedang menelfon , entah menelfon pacarnya atau keluarganya . Sementara teman-temanku yang lainnya mengambil handphonenya masing masing
“Eh liat deh!” kata Aoi sambil menunjuk koper tersebut “Ada handphone Eri!”
Aku melirik ke koper tersebut dan melihat handphone flip berwarna biru milik Eri , dan dipenuhi dengan noda merah , dan kami semua tahu – itu adalah darah
Yuu segera mengambil handphone milik Eri dan kemudian ia terdiam
“Yuu? Ada apa?” tanya Akemi yang daritadi diam angkat bicara
“Sial” kata Yuu sambil menyerahkan handphonenya kepada kami dan melihat wallpaper Eri
Foto Eri yang dibaringkan di lantai – oleh si pelaku – tubuh Eri bersimbah darah setelah lehernya dipotong dan disebelahnya terdapat pisau dan tambang yang digunakan pelaku untuk membunuh Eri, dan pisau tersebut telah dipenuhi darah dan terdapat tulisan berwarna merah – yang sepertinya ditulis dengan darah – di dekat mayat Eri yang tergeletak di lantai itu
YOU’RE NEXT
“You’re next??” kata Aoi sambil menatap foto tersebut lekat-lekat “Gila! Ini sih namanya ancaman! Pasti tulisan ini udah dihapus sebelumnya sama si pelaku”
“Dan ancaman itu sudah pasti untuk kita semua” kata Ryuu mendramatisir suasana dan kemudian tersenyum , cowok ini memang nggak tau yang namanya bahaya
“Tapi kan nggak jelas dia ngasih ancaman ini ke siapa!” kata Yuu
“AAAAAAAAAAAAAAARRRRRRGGGGH” aku dan semuanya – dapat mendengar jeritan melengking Ayumu yang sedang menelfon di luar ruangan , kami semua dengan cepat keluar dari ruangan dan mencari-cari Ayumu – dan kami semua menyadari – Ayumu tidak ada di lantai atas
Tanpa diperintah, kakiku langsung bergerak menuju ke tangga dan menuruni tangga dengan terburu-buru , di ujung tangga aku dapat melihat jelas tubuh Ayumu terkulai di lantai dengan posisi tertelungkup . Entahlah .. Ayumu tidak sebodoh itu untuk meloncat dari lantai atas .. Pasti ada yang mendorongnya
Aku segera menghampiri Ayumu dengan kaki gemetar , Willem yang juga melihat tubuh Ayumu langsung kembali ke lantai atas sambil berteriak-teriak kepada teman-temanku “GILA!! AYUMU DIDORONG!! CEPETAN KEBAWAH!!!”
Aku menatap Ayumu , dan kemudian membalikkan tubuhnya sehingga ia berada di posisi terlentang . Keadaan Ayumu lumayan parah , tapi tidak separah Eri yang sampai digorok oleh sang pelaku , kening Ayumu yang terbentur dengan lantai sepertinya robek dan tidak berhenti mengeluarkan darah yang mengucur ke lantai , juga rambutnya , rambutnya yang coklat sudah terkontaminasi dengan darahnya sehingga warna rambutnya menjadi coklat - merah
“A-a..” telunjuknya gemetar menunjuk dapur di villa ini dan kemudian ia mengerang kesakitan , aku tahu , pasti tangannya patah
Aku melirik dapur villa ini dan kemudian kembali menatapnya “Ada orang asing??”
Ia mengangguk pelan , kemudian matanya terpejam rapat , aku memegang tangannya .. Denyut nadinya masih terasa . Dia hanya pingsan , ternyata dia tidak mati
Sekilas , aku melihat bayangan hitam melintasi dapur villa ini . Aku menoleh – dan tidak ada apapun, pasti itu sang pelakunya!
“AYUMU!!” teriak Akemi sambil memegang tangan temannya itu “Ayumu!!”
Aku meninggalkan kerumunan teman-temanku yang sedang mengurusi Ayumu dan berjalan menuju dapur villa tersebut , Willem mengikutiku dengan wajah heran , membuatku lebih tenang, setidaknya jika aku terbunuh , masih ada Willem yang menemani . Aku mengambil tongkat baseball yang ada di lantai bawah dan membawanya, sebenarnya , tongkat ini milik Yuu , tapi berhubung Yuu sedang mengurusi Ayumu , aku akan membawanya bersamaku
“Akira? Ngapain lu kesini?” tanya Willem menatapku dengan tatapan bingung “Disini gelap”
“Tadi Ayumu bilang ada orang asing dan dia lari ke dapur!” kataku pada Willem , Willem begidik
“Oke, gue ikut sama lu! Itu pasti pelakunya!!” katanya sambil melepas kedua sepatunya dan memeganginya erat erat , oke .. absurd , mana ada orang yang akan pingsan atau mati hanya gara-gara sepatu hitam merek All Star itu?
Aku masuk ke dapur , dapur itu terlihat pengap di malam hari , di dapur itu tidak ada penerangan lain selain cahaya bulan , lampu di dapur itu tidak dapat menyala dan membuat dapur itu tambah menyeramkan
Kalau ada pembunuh psikopat bersembunyi di dapur ini , pasti tidak akan ketahuan
Aku terus memasuki dapur yang cukup luas tersebut , sampai akhirnya aku menyadari bahwa Willem , temanku yang biasanya cerewet itu tidak mengatakan apapun daritadi
“Hey, Willem..” aku memastikan cowok tinggi tersebut masih ada di belakangku “Wil..”
Aku tidak mendengar jawaban
Aku menoleh kebelakang , dan aku dapat merasakan sesuatu dingin , keras dan hitam menghantam bagian belakang kepalaku , aku merasa sangat , sangat pusing , pandanganku kabur sampai akhirnya aku tersungkur di lantai
Aku sekilas melihat Willem juga pingsan di belakangku dan kacamatanya retak , pantas saja ia tidak menyahuti panggilanku , ternyata dia pingsan. Dan aku dapat dengan jelas melihat kostum si pelaku : jaket hitam, dengan celana jeans hitam yang gombrang dan sepatu kets hitamnya , sang pelaku buru-buru membalikkan badannya , dan saat itulah , aku melihat kupluk jaketnya terbuka dan rambutnya yang panjang terurai keluar , ia buru-buru menyembunyikan rambutnya dan berlari ditelan kegelapan .
Sampai akhirnya aku merasakan semua di sekelilingku hitam – gelap , begitu kosong
****************
JELEEEEEEEEEEEEEEEK BUANGEEEET TT_TT << nyadar kalo cerpennya ga mutu*nangis nangis dihadapan para readers*
Ampuni saya readers , saya janji saya akan memperbaikinya di chapter 3 nanti (kalo bisa ya!)
lumayan kok yang... hanya kelihatannya rada terburu-buru aja jalan ceritanya...
BalasHapusiya nih , soalnya gua kelupaan (baca :sengaja) ngga diedit XXD hehehe XXD
BalasHapusga jelek banget ko lip... tapi seremin lagi ya.. hehe XD masih kurang XD
BalasHapusbtw itu yang mengucurkan kayaknya ganti deh atau hapus jadi kening-nya berdarah karena benturan itu atau apalah bang hehe terserah XD pilihan ada di tanganmu
hehehe oke senpai
BalasHapusmakasih atas sarannya XDD
arigatou gozaimashita , senpai ! X3
ko senpai ? o.O
BalasHapusayo lip masih menanti ch 5 hehe XD